30 Juni 2009

Tips merawat peralatan masak berlapis bahan teflon


Wajan dan panci anti lengket biasanya diberi lapisan khusus yang biasanya disebut ‘teflon’ tujuannya adalah agar masakan tidak lengket di wajan. Tetapi alat masak yang dilapisi bahan teflon gampang-gampang susah dalam hal perawatannya. Perlu sedikit kecermatan agar wajan dan panci ini tetap awet dan lapisan teflonnya tidak hilang.

Cuci wajan dan panci dengan air sabun, gosok perlahan dengan menggunakan busa yang lembut. Lakukan setelah wajan dan panci dipakai dalam keadaan dingin setelah dipakai.

Agar lapisan teflonnya tidak rusak, jangan sekali-kali mencucinya dengan abu gosok atau sikat yang kasar.

Setelah dipakai untuk memasak, baik wajan ataupun panci teflon jangan langsung disiram air dingin karena hal ini akan mempengaruhi bahan. Jika terlalu sering dilakukan, bagian dasar panci ataupun wajan bisa peyang miring.

Cara menghilangkana lemak/minyak pada wajan dan panci dengan mudah ? Rendam wajan atau panci dalam air panas yang sudah diberi beberapa sendok makan baking soda.

Ambil sepotong lap kecil yang bersih. Basahi dengan larutan kaliloog (dibeli di apotik atau toko kimia). Gosok pada barang aluminium tersebut. Simpanlah panci pada tempatnya. Sebaiknya gunakan kain lembut sebagai alasnya.

Perlengkapan memasak dengan lapisan teflon mudah menyebarkan panas secara merata, karena itu gunakan di atas api yang kecil atau api sedang. Dengan menggunakan api sedang membuat peralatan masak ini lebih tahan lama dan hemat bahan bakar.

Sumber : Tabloid ibu & anak

29 Juni 2009

Merawat Wajan dan Panci Aluminium


Pada dasarnya peralatan aluminium rentan tergores. Sebab itu jika ingin menggosok panci atau penggorengan dari bahan aluminium, biarkan dingin dulu. Setelah itu, baru dicuci dengan deterjen. Gunakan alat gosok dari plastik atau yang lapisannya nilon putih.

Jika kesulitan membersihkan sisa makanan yang menempel pada panci dan penggorengan, isi keduanya dengan air. Tambahkan dua sendok makan krim tartar atau secangkir cuka putih per seliter air. Didihkan dan biarkan selama 20 menit, baru cuci dan keringkan seperti biasa.

Apabila panci atau wajan kita yang terbuat dari aluminium ada keraknya (makanan melekat saat dimasak gosong), maka untuk menghilangkan kerak tersebut, bisa dicoba cara berikut ini :
belah bawang bombay menjadi dua bagian, masukkan ke dalam panci atau wajan yang berkerak. Lalu beri air secukupnya sampai bawang terendam lalu didihkan. Kerak akan terangkat dengan sendirinya.

Jangan biarkan makanan asin atau yang sifatnya alkali dalam panci atau penggorengan aluminium, karena menyebabkan perubahan warna atau timbulnya bintik.

Sesekali, gosok perkakas dengan perak agar mengkilat.

Sumber : Tabloid ibu & anak

Pentingnya Madu


Penelitian di Puslitbang Gizi Bogor menemukan, anak yang mengkonsumsi madu setiap hari lebih jarang terserang demam dan pilek, meningkat nafsu makannya, porsi dan bertambah frekuensi makannya, sehingga konsumsi energi dan protein juga meningkat. Ini berarti, daya tahan tubuh si kecil akan meningkat pula.

Manfaat kesehatan pemberian madu yang tampak dalam penelitian tersebut, antara lain, disebabkan madu merupakan makanan yang mengandung aneka zat gizi, seperti: karbohidrat, asam amino, vitamin (B,C dan E), mineral (zat besi, kalium, natrium dan lainnya); dan karena mengandung senyawa yang bersifat membunuh bakteri.

Secara medis, tidak dianjurkan untuk memberi madu pada bayi berusia kurang dari satu tahun, karena madu bisa mengandung spora bakteria Clostridium botulinum. Bakteri ini memproduksi zat beracun yang bisa menyebabkan penyakit botulisme pada bayi. Penyakit ini sangat serius, meski kejadiannya jarang.

Penyakit jenis keracunan makanan ini akan mengganggu sistem persarafan bayi dan bisa memberi akibat fatal. Pada bayi, bakteria baik di saluran cerna belum selengkap orang dewasa. Padahal, bakteria baik ini bisa mengatasi spora botulisme dan mencegahnya berkembang biak. Sehingga, secara otomatis tidak akan terjadi pembentukan zat beracun yang berbahaya tersebut. Berikut gejala botulisme :
  • terjadi kelumpuhan otot
  • bayi tidak bisa buang air besar (atau justru diare, mual, muntah)
  • lengan, kaki dan lehernya lunglai
  • menangis lemah (akibat kelemahan otot)
  • tidak kuat menyusu
  • lesu

sumber: Parenting indonesia, Baby's first food booklet by Nestle

info tentang bakteri clostridium botulinum,bisa dibaca di :

http://www.cdc.gov/NCIDOD/DBMD/diseaseinfo/botulism_g.htm

http://www.cfsan.fda.gov/~mow/chap2.html

Mengompol pada anak

"Mengompol bukanlah masalah kesehatan, psikologi atau problem emosi anak, " kata Dr. Mark Feldman dari Canadian Pediatric Society. " Mengompol akan menjadi sebuah problem jika orangtua dan anak membiarkan masalah itu dan tak berusaha mengatasinya." Feldman mengatakan, 10-15 % anak usia 5-6 tahun dan 6-8 % anak usia 7-8 tahun masih mengompol. Di usia yang disebut itu, kecenderungan mengompol anak masih dipandang alamiah.

Agar anak bisa mengatasi masalah mengompol mereka, orangtua dianjurkan untuk mengajari anak beberapa hal sebelum tidur. Pertama, memberi tahu pada anak untuk membiasakan bangun pada malam hari bila terasa ingin pipis. Untuk itu, kamar mandi harus bisa dengan mudah diakses anak.

Kedua, menjauhkan minuman dari jangkauan anak sebelum berangkat tidur. Ketiga, melatih anak agar buang air kecil sebelum tidur. Keempat, hentikan kebiasaan memakai popok dan menggantinya dengan celana panjang. Yang juga tak kalah penting adalah membiasakan meminta anak untuk membersihkan sendiri sprei yang basah karena mengompol. Yang terakhir, dan ini yang terpenting, adalah melatih anak untuk memiliki kepercayaan diri agar bisa mengatasi masalah mengompolnya.

Mengompol akan jadi masalah, kata Feldman, jika terjadi pada anak usia antara 8-10 tahun. Anak yang masih mengompol pada usia ini biasanya mengalami problem psikologi dan ketakpercayaan diri. "Penentraman hati, dorongan positif, dan tindakan untuk tidak meledek atau menghina, juga tak menerapkan hukuman, sangat diperlukan dari orangtua dan lingkungan sekitar anak," kata Feldman.

Sumber:berita kesehatan, majalah Anakku